Ambang Kehancuran Amerika dan Eropa

Senjakala Dominasi USA & EU
Proxy War - Black Propaganda - Perang Dagang



KEJAHATAN HAM DI UYGHUR, ADA APA?
Yuk dicermati sambil ngopi.. 😁
.
.
* Wall Street's Journal dan Propaganda Amerika

Dugaan kejahatan HAM di Uighur mencuat karena disponsori oleh Amerika. Akhir-akhir ini makin menjadi sorotan karena Wall Street's Journal (WSJ) salah satu media propagandis negara adikuasa itu dalam pemberitaannya menuduh 3 Ormas Islam besar di Negara kita yaitu NU, Muhammadiyah, dan MUI telah menerima "dana diam" atas apa yang menimpa etnis Uyghur di Xinjiang China.

Tuduhan itu didasarkan atas dugaan bahwa pasca diundangnya perwakilan ketiga Ormas tersebut ke Xinjiang untuk melihat langsung keadaan Muslim Uyghur mengenai apa yang sebenarnya terjadi di sana. WSJ mengopinikan seolah-olah ketiga Ormas tersebut memilih bungkam pasca kepulangannya dari China karena sudah 'dibeli'.

Tapi tuduhan tersebut telah dibantah oleh baik PP. Muhammadiyah maupun oleh PBNU, bahkan kedua Ormas tersebut menantang WSJ atau siapapun untuk menunjukkan bukti bahwa ada aliran dana yang mengalir ke kedua Ormas tsb. Sampai saat ini WSJ blm ada pemberitaan lanjutan namun proxy medianya sudah makin garang mengangkat isu Uighur ini. Ada apa?

Amerika bela Uighur atas nama kemanusiaan ataukah ada kepentingan politik?.

Jika atas nama kemanusiaan, kenapa Amerika bungkam atas tragedi kejahatan HAM yang menimpa suku Kashmir oleh pemerintah India?. Kenapa Amerika tidak koar-koar saat suku Kurdi dibantai oleh pemerintah Turki?. Karena Pemerintah India dan Turki memiliki kedekatan dengan Amerika. Sementara itu China adalah musuh terbesar Amerika di segala bidang pada abad ini selain Rusia dan Iran.
.
.
* Suku Kashmir di India dan Suku Kurdi di Turki

Kashmir adalah suku minoritas di India yang beragama Islam, namun kelompok militan mereka ingin memisahkan diri dari otoritas India. Suku Kurdi pun di Turki adalah minoritas yang ingin memisahkan diri dari otoritas Turki. Sangat wajar jika pemerintah  India dan Turki selaku pemilik otoritas melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan atas upaya separatisme dalam kedaulatannya.

Kejahatan HAM tetap tetaplah kejahatan yang tidak layak kita dukung sebagaimana kejahatan HAM di jaman Orba berkuasa terhadap rakyat Timor-Timur (sebelum merdeka). Lalu kenapa mayoritas Rakyat Indonesia cenderung bungkam atas kejahatan HAM tersebut, apa karena rakyat Timor-timur adalah Suku dan agamanya minoritas? Tidak. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama dan etnis melainkan karena kepentingan politik dan tindakan represif pemerintah Orba saat itu selaku pemilik otoritas atas dasar menjaga kedaulatan Negara.
.
.
* Suku Hui dan Suku Uighur

Pemetaan Penganut Agama Islam di Tiongkok menurut sebuah survei yang dilaporkan pada tahun 2010, ada sekitar 23 juta Muslim atau 1,7% dari total penduduk China. Mereka berasal dari berbagai suku yang tersebar di kawasan barat China di provinsi Xinjiang, Gansu dan Ningxia. Selain itu, ada pula kantong-kantong Muslim di Provinsi Yunnan dan Henan.

Adapun penduduk muslim di China itu terdiri dari beberapa etnis, yaitu Etnis Hui, Uyghur, Kazakh, Tartar, Salar, Dongxiang, Tajik, Uzbek, Baoan, Mongol, Tibet, Dai dan Bai.

Dari beberapa suku Muslim di China tersebut, yang terbesar adalah Muslim dari suku Hui dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa atau sekitar 48 persen dari keseluruhan umat Muslim di China. Suku Hui ini terkonsentrasi di Ningxia, sebagian di Gansu, Shaanxi, dan provinsi Xinjiang. Suku Hui populasinya 10 juta jiwa, termasuk satu dari lima suku mayoritas di China selain Han, Manchu, Mongol dan Tibet.

Suku Muslim terbesar kedua adalah Uighur yang berasal dari Turki, Asia Tengah. Kebanyakan mereka tinggal di Daerah Otonomi Xinjiang Uighur yang terletak di ujung Barat dan Barat Laut China. Populasi suku ini diperkirakan berjumlah 45 persen dari penduduk Xinjiang atau sekitar 8 juta jiwa. Selain di China, populasi suku ini juga tersebar di Negara tetangga China yaitu Kazakhstan, Kyrgystan dan Uzbekistan.
.
.
* Suku Uighur dan Perjuangan Kemerdekaan

Pada 1949, setelah Partai Komunis Cina memenangkan perang sipil, Beijing secara resmi mengklaim Xinjiang sebagai wilayahnya. Pemerintah memberikannya status wilayah otonom bernama Daerah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR)

Pemberian otonomi didasari faktor ekonomi, mengingat Xinjiang menyimpan cadangan minyak dan mineral yang cukup besar. Tak hanya itu, Xinjiang jadi pintu masuk Cina ke Asia Tengah dan Timur Tengah; dua wilayah yang jadi lumbung investasi Cina.

Memasuki awal 1990-an, zona ekonomi khusus diberlakukan di Xinjiang. Masifnya program pembangunan memicu arus kedatangan pekerja migran ke Xinjiang, khususnya etnis Han, yang tak lain adalah suku terbesar di Cina. Populasi Han di Xinjiang meningkat secara dramatis; dari yang semula hanya 6,7% (220.000) pada 1949, melonjak jadi 40% (8,4 juta) pada 2008.

Dampak jangka panjang dari migrasi suku Han adalah gesekan sosial. Akses masyarakat Uighur ke air bersih dan tanah kian terbatas. Kesenjangan ekonomi meningkat akibat praktik perekrutan pekerja yang diskriminatif. Etnis Han makin kaya, sedangkan orang Uighur kian miskin di tanah leluhurnya sendiri.

Pada 2009, etnis Uighur dan Han terlibat bentrokan besar setelah tewasnya dua pekerja Uighur di Guangdong. Akibat bentrokan ini, sekitar 200 orang tewas, lebih dari 1.600 orang terluka, dan 718 orang ditahan. Situasi bertambah buruk dengan kemunculan gerakan separatis seperti East Turkestan Islamic Movement (ETIM) yang sudah eksis sejak 1990-an. Beijing mengategorikan ETIM sebagai kelompok teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda sehingga layak diperangi.

Amerika mendukung gerakan militan Uighur di Xinjiang untuk melawan otoritas China di Beijing. Dukungan Amerika ini bukan tanpa alasan. Selain karena kekayaan Xinjiang, juga dikarenakan adanya perang dagang antara Amerika dan China.

Sikap politik luar negeri Amerika itu bukan lah hal baru. Persis sama sebagaimana sikap politik Amerika terhadap Lybia, Iraq, dan Suriah di saat pemimpin ketiga Negara tersebut menentang kebijakan Amerika di kawasan. Dalam proyek menggulingkan pemimpin 3 Negara tersebut (melalui gerakan pemberontakan oleh beberapa faksi di antaranya, Jabhah Nushrah, ISIS, FSA, dll yang kesemuanya adalah jaringan Amerika), Amerika merekrut milisi dari berbagai Negara di seluruh belahan dunia.

Setelah proyek pemberontakan yang digawangi Amerika di Iraq dan di Lybia berhasil, kemudian berlanjut ke Suriah. Di saat itu Amerika merekrut kelompok militan dari Uighur untuk bergabung dengan kelompok milisi pemberontak di Suriah. Tercatat 5000 lebih milisi asal Uighur yang bergabung dengan ISIS di Suriah.

Dikirimnya milisi asal Uighur tersebut selain misi penggulingan Bashar Assad di Suriah, juga sebagai misi pelatihan bagi para milisi Uighur. Sekembalinya dari Suriah mereka akan diperkuat dengan persenjataan untuk melakukan pemberontakan di Xinjiang, setidaknya keberadaan mereka cukup merepotkan otoritas China di Beijing, sehingga akhirnya China terpecah konsentrasinya dalam memenangkan perang dagang dengan Amerika.

Belajarlah dari kasus Timor-Leste, Kashmir, Suriah, Iraq, dan Libia. Jadilah netizen cerdas.

Sekian
*dikutip dari berbagai sumber
Link Facebook : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=202381454261651&id=100034693931463

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara-cara Memperkosa yang Baik

MENGHORMATI MUSHAF AL QURAN

Nashiruddin Al Albani ( Kesalahan - Kecacatan - Arogansi - Kelemahan )